Harga CPO Kembali Turun dan Berakhir Terkoreksi tipis, Malaysia di Terpa Krisis

Harga CPO Kembali Turun dan Berakhir Terkoreksi tipis, Malaysia di Terpa Krisis

Ilustrasi minyak sawit mentah / CPO

EKONOMI BISNIS - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) berakhir di zona negatif atau terkoreksi tipis di perdagangan kemarin. Bursa Malaysia libur pada perdagangan hari ini, Selasa (19/4/2022) karena memperingati hari Nuzul Al-Qur'an.

Minyak sawit berjangka Malaysia kemarin sempat bergerak naik di perdagangan karena mengikuti harga minyak nabati lainnya di bursa Dalian China yang didorong oleh kecemasan yang berkepanjangan atas pengetatan pasokan global akibat perang Rusia-Ukraina.

Kontrak minyak kedelai di bursa Dalian berakhir naik 0,57% dan harga kedelai di Chicago Board of Trade melesat 1,09%.

Namun, harga CPO kembali turun dan berakhir terkoreksi tipis 0,08% ke MYR 6.463/ton.

Harga minyak sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya karena mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

Sementara itu, Malaysia mengalami krisis tenaga kerja asing. Bahkan, menurut data Diler Kargo Surveyor Societe Generale de Surveillance, ekspor CPO Malaysia periode 1-15 April 2022 anjlok 13.9% ke 495.096 ton dari 574.893 ton di periode 1-15 Maret 2022.

Tenaga kerja asing mencapai 80% dari total tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit karena penduduk setempat tidak tertarik dengan pekerjaan perkebunan, sehingga industri kelapa sawit sangat bergantung pada tenaga kerja asing.

Melansir The Borneo Post, Direktur Asosiasi Pemilik Perkebunan Kelapa Sawit Sarawak (SOPPOA) Felix Moh mengatakan bahwa isu kenaikan upah untuk pekerja di perkebunan CPO akan membebani perusahaan swasta dan anggota SOPPOA Malaysia tidak dapat menyanggupi kenaikan upah senilai MYR1.500.

Hanya dua perusahaan yang terkait dengan pemerintah Malaysia yang telah menyetujui kenaikan upah minimum yang dijadwalkan akan dimulai pada 1 Mei.

"Meskipun harga CPO sedang melonjak, tapi biaya lain seperti pupuk dan bahan kimia juga meningkat 100% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Selain itu, semua operasi perkebunan berjalan dengan kapasitas hanya 50% karena krisis tenaga kerja. Dalam skenario terburuk, biaya produksi yang tinggi dapat menyebabkan perusahaan sulit mempertahankan neraca positif jika ada penurunan yang drastis dari harga CPO di bawah MYR4.000/ton," tutur Felix Moh.

Krisis tenaga kerja asing, tingginya biaya produksi, serta upah minimum yang meningkat akan membebani produsen CPO di Malaysia, hal tersebut juga dapat menjadi sentimen negatif pada pasar minyak nabati karena Malaysia diketahui sebagai salah satu pemasok terbesar minyak CPO dunia.

Dewan Minyak Sawit Malaysia mencatatkan bahwa minyak sawit memasok sekitar 32% dari permintaan minyak nabati dunia tahun 2021 dan Malaysia telah menyumbang setidaknya 24% minyak sawit dunia di tahun yang sama.

Komentar Via Facebook :